Opini

HIKMAH DAN PESAN MORAL RAMADHAN

Ramadhan adalah kesempatan untuk memperbaiki diri dan membuka lembaran baru dalam kehidupan ini…Lembaran yang putih, bersih, jernih, bening, bersinar dan bercahaya…

Ramadhan…Bulan Pendidikan Ruhaniah

Ramadhan mengantarkan kita lebih dekat kepada Allah. Dengan puasa kita menjadi orang yang paling dicintai Allah. Puasa melatih kita meninggalkan sikap egois kita dan bukan memperkuatnya. Puasa dengan penuh keimanan dan pengharapan, dapat memenuhi kebutuhan spiritual kita. Sebuah penelitian di Barat menyebutkan bahwa orang yang berpuasa akan lebih tajam pikirannya sehingga mampu menangkap pesan-pesan moral wahyu Ilahi baik melalui ayat2 kauniyah maupun kauliyah.

Puasa Adalah Bukti Iman dan Cinta Kepada Allah

Puasa adalah ibadah kepada Allah, yaitu seorang hamba mendekatkan diri kepada Allah dengan meninggalkan perkara-perkara yang disukai, dicintai dan diinginkannya daripada makanan, minuman dan syahwat hawa nafsu sehingga tampak jelas kejujuran imannya, kesempurnaan penghambaannya kepada Allah dan kekuatan cintanya serta pengharapannya atas apa yang ada di sisiNya. Seseorang tidak mungkin meninggalkan apa yang dicintainya kecuali disebabkan sesuatu yang lebih agung baginya dari apa yang ditinggalkannya tersebut.    Seorang mukmin rela meninggalkan syahwat nafsu yang dicintainya dan sangat diinginkannya demi untuk mendapatkan ridha Rabbnya karena ia meyakini bahwasanya ridha Allah ada dalam berpuasa.

 

 

Meraih Takwa Dengan Puasa

Diantara tujuan puasa adalah agar seseorang mencapai tingkatan takwa sebagaimana firman Allah Ta’aala: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183). Orang yang bertakwa adalah orang yang mengerjakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-laranganNya.

Orang yang berpuasa diperintahkan untuk mengerjakan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan.  Orang yang berpuasa apabila terlintas dalam dirinya keinginan untuk berbuat kemaksiatan, ia segera tersadar bahwa ia sedang berpuasa, lalu ia-pun segera menghindari kemaksiatan tersebut. Orang yang sedang berpuasa tidak akan membalas kebodohan dengan kebodohan dan caci maki dengan caci maki, ia sadar bahwa orang yang berpuasa harus sanggup menguasai diri dan emosinya.

Dengan Puasa Hati Jernih Untuk Berpikir dan Berdzikir

Diantara hikmah puasa adalah agar supaya hati kita jernih untuk berpikir dan berdzikir karena banyak makan minum serta memuaskan syahwat menyebabkan kelalaian dan adakalanya hati menjadi keras dan buta dari kebenaran karenanya.   Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah seseorang anak adam itu memenuhi suatu bejana yang lebih jelek dari pada perut. Cukuplah bagi seseorang makanan yang dapat menegakkan tulang punggungnya. Jika terpaksa harus menambahnya, hendaknya sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiga untuk nafasnya.”  (HR. Imam Ahmad dll).

Nafsu perut adalah termasuk perusak yang amat besar. Karena nafsu ini pula Adam -Alaihis Salam dikeluarkan dari surga. Dari nafsu perut pula muncul nafsu kemaluan dan kecenderungan kepada harta benda, dan akhirnya disusul dengan berbagai bencana yang banyak. Semua ini berasal dari kebiasaan memenuhi tuntutan perut.

Sedikit makan itu melembutkan hati, menguatkan daya pikir, serta melemahkan hawa nafsu dan sifat marah. Sedangkan banyak makan akan mengakibatkan kebalikannya.  Berkata Abu Sulaiman Ad-Darani –Rahumahullah: “Sesungguhnya jiwa apabila lapar dan haus menjadi jernih dan lembut hatinya dan apabila kenyang menjadi buta hatinya.”

Puasa Menumbuhkan Kepedulian

Dengan berpuasa, orang kaya akan menyadari betapa banyak nikmat Allah yang telah diberikan kepadanya berupa kekayaan dan kecukupan sehingga dia tidak pernah kekurangan makan, minum, menikah dan lainnya, padahal banyak orang yang tidak mendapatkan dan merasakan nikmat seperti itu.

Dengan demikian orang kaya tersebut akan memuji Allah dan bersyukur kepadaNya atas kemudahan yang diberikan kepadanya. Orang kaya tersebut juga teringat saudaranya yang fakir miskin, yang adakalanya merasakan kelaparan sepanjang hari dan malam karena ketidakmampuannya. Hal ini menjadikan orang kaya tersebut terdorong dan termotivasi untuk membantunya dengan bershadaqah agar terpenuhi kebutuhannya berupa sandang, pangan dan papan.

Oleh karena inilah, Rasululah SAW adalah orang yang paling dermawan dan kedermawanan Beliau bertambah ketika datang bulan Ramadhan, yaitu ketika berjumpa Malaikat Jibril AS yang mengajarkan kepada Beliau Al-Qur’an.

 

 

 

Puasa Latihan Menundukkan dan Menguasai Hawa Nafsu

Diantara hikmah puasa adalah latihan menundukkan dan menguasai hawa nafsu sehingga benar-benar tunduh dan patuh untuk dikendalikan dan diarahkan menuju kebaikan, kebahagiaan dan keselamatan. Karena pada dasarnya nafsu selalu mengajak kepada keburukan kecuali yang dirahmati Allah.  Apabila nafsu dilepaskan dan tidak dikendalikan pasti akan menjerumuskan seseorang ke dalam kehinaan, kebinasaan dan kesengsaraan. Namun, apabila dikendalikan dan ditundukkan pasti seseorang akan mampu membawanya menuju derajat dan kedudukan yang tinggi lagi mulia.

“Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya).” (QS. An-Naazi’aat: 37-41).  “dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas (kacau dan sia-sia).” (QS. Al-Kahfi: 28).

Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib –Radhiallahu ‘Anhu mengatakan: “Medan pertama yang harus kamu hadapi adalah nafsumu sendiri. Jika kamu menang atasnya maka terhadap yang lainnya kamu lebih menang. Dan jika kamu kalah dengannya maka terhadap yang lainnya kamu lebih kalah. Karena itu, cobalah kamu berjuang melawannya dahulu.”

Puasa Mempersempit Ruang Gerak Syetan

Lapar dan haus akan mempersempit aliran darah sehingga menjadi sempit pula ruang gerak syetan di tubuh kita karena syetan mengalir di tubuh kita seperti atau bersama aliran darah.   Dalam hadis tersebut Rasulullah –Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam menjadikan berpuasa sebagai sarana untuk mengurangi dan menghancurkan nafsu syahwat. Inilah rahasia  mengapa orang yang berpuasa mudah melakukan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan.

Puasa Menghancurkan Kesombongan

Puasa yang dilakukan dengan benar sesuai tuntunan Rasulullah –Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam mampu menghancurkan nafsu-nafsu jahat dan meruntuhkan kesombongan sehingga menjadi tunduk kepada kebenaran dan rendah hati kepada sesama, karena banyak makan, minum dan berhubungan suami isteri membawa kepada sifat sombong, congkak, mau menang sendiri dan merasa tinggi atas orang lain dan tidak mau menerima kebenaran.  Jadi, diantara hikmah puasa adalah menghancurkan kesombongan sehingga seseorang menjadi tawadhu’ dan rendah hati. Allah dan juga manusia membenci orang-orang yang sombong dan mencintai orang-orang yang tawadhu’ dan rendah hati.

Hidup Sehat Dengan Puasa

Puasa memberikan faedah dan keuntungan dari sisi kesehatan karena dengan sedikit makan menjadikan pencernakan mampu untuk beristirahat sementara waktu sehingga kotoran-kotoran dan sisa-sisa yang terdapat di dalamnya terserap oleh tubuh dan tubuhpun menjadi sehat dengan puasa… Dan masih banyak lagi hikmah-hikmah lain dari puasa, semoga kita mendapatkan semuanya, amien…

 

Opini

Berusaha Menjauhkan Diri dari Dosa

Ramadhan adalah kesempatan untuk memperbaiki diri dan membuka lembaran baru dalam kehidupan ini…Lembaran yang putih, bersih, jernih, bening, bersinar dan bercahaya…

Diantara hikmah puasa adalah  supaya hati kita jernih untuk berpikir dan berdzikir karena banyak makan minum serta memuaskan syahwat menyebabkan kelalaian, dan adakalanya hati menjadi keras dan buta dari kebenaran karenanya.   Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah seseorang anak adam itu memenuhi suatu bejana yang lebih jelek dari pada perut. Cukuplah bagi seseorang makanan yang dapat menegakkan tulang punggungnya. Jika terpaksa harus menambahnya, hendaknya sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiga untuk nafasnya.”  (HR. Imam Ahmad dll).

Nafsu perut adalah termasuk perusak yang amat besar. Karena nafsu ini pula Adam -Alaihis Salam dikeluarkan dari surga. Dari nafsu perut pula muncul nafsu kemaluan dan kecenderungan kepada harta benda, dan akhirnya disusul dengan berbagai bencana yang banyak. Semua ini berasal dari kebiasaan memenuhi tuntutan perut.

Sedikit makan itu melembutkan hati, menguatkan daya pikir, serta melemahkan hawa nafsu dan sifat marah. Sedangkan banyak makan akan mengakibatkan kebalikannya.  Berkata Abu Sulaiman Ad-Darani –Rahumahullah: “Sesungguhnya jiwa apabila lapar dan haus menjadi jernih dan lembut hatinya dan apabila kenyang menjadi buta hatinya.”

Ada sebuah kisah menarik dari seorang  ulama:

Dikisahkan Suatu hari, ada seorang gadis kecil bertanya kepada ayahnya, “Ayah, bisakah seseorang melewati seumur hidupnya tanpa berbuat dosa?”

“Tidak mungkin, nak,” jawab ayahnya sambil tersenyum.

Gadis kecil itu penasaran. Baginya, bisa saja ada orang yang tidak melakukan dosa selama hidupnya. Ia bertanya lagi, “Bisakah seseorang hidup setahun tanpa berbuat dosa?”

Sambil menggelengkan kepalanya, ayahnya berkata, “Tak mungkin, nak.”

Gadis kecil itu tidak mau berhenti bertanya. Ia bertanya lagi, “Bisakah seseorang hidup sebulan tanpa berbuat dosa?”

sang ayah berkata, “Tidak mungkin, nak.”

Gadis kecil itu bertanya lagi, “Bisakah seseorang hidup sehari saja tanpa berbuat dosa?”

Ayahnya mengernyitkan dahi dan berpikir keras untuk menjawabnya. Lantas ia berkata, “Hmm.. Satu hari 24 empat jam Nak, sepertiganya (terpotong) 8 jam kita gunakan untuk tidur, dan sisanya kita gunakan untuk bersosialisai, jadi tidak mungkin kita tidak berbuat berdosa dalam sehari”

Gadis kecil itu mengajukan pertanyaan lagi, “Lalu bisakah seseorang hidup satu jam tanpa dosa? Tanpa berbuat jahat untuk beberapa saat, hanya waktu demi waktu saja, ayah? Bisakah?”

Ayahnya tertawa dan berkata, “Nah, kalau itu mungkin bisa, nak.”

Gadis kecil itu tersenyum lega. “Kalau begitu ayah, aku mau memperhatikan hidupku jam demi jam, waktu demi waktu, supaya aku bisa belajar untuk tidak berbuat dosa. Kurasa hidup jam demi jam lebih mudah dijalani, ayah,” kata gadis kecil itu.

Ayahnya berkata : “Kalau begitu nak,  Yuk satu jam ini,  kita taat menahan diri untuk tidak berbuat dosa,kalau memang satu jam ini kita bisa,  maka pelan-pelan kita  tambah  setengah jam, dan jam-jam berikutnya…

Banyak orang membuat niat untuk hidup baik dan menjadi sholeh selama hidupnya. Sayang, niat mereka hanya bertepuk sebelah tangan. Hari ini berjanji untuk hidup baik keesokan harinya, nyatanya langsung dilanggar dengan melakukan hal-hal yang menyakitkan sesamanya.

 

Manusia tidak ada yang maksum kecuali para nabi dan rosul.

Rosulullah yang sudah dijamin masuk surga, yang sudah digaransi dari perbuatan dosa dan maksiat, tetapi beliau ber-istighfar 70 sampai 100 kali dalam sehari.  Beliau menangis dg terisak memohon ampun kepada Allah.

Lalu bagaimana dengan diri kita ini yang berlumuran dosa, berapa banyak  istighfar yang kita ucapkan setiap harinya??

Hikmah: jika  seseorang mampu menahan dari dosa (menjauhinya) maka akan dimudahkan di-ijabah  (dikabulkan) do’a2nya dan dilancarkan rejekinya.

Rosululloh bersabda:” Tidak ada yang  bisa merubah takdir kecuali do’a, dan tidak ada yang bisa menambah dalam usia kita kecuali kebaikan.” Riwayat al hakim.

Ketauhilah bahwa seseoarang terhalang dari rezekinya sebanyak  maksiat dosa yang ia lakukan. Ini merupakan arahan indah yang  ulama  nasehatkan kepada kita agar kita membanyak beristighfar.

“Kalau kalian bisa beristighfar (kata Allah), maka akan aku beri kenikmatan  yang lebih baik ketimbang kau belum beristighfar.”

Perbanyak istighfar pada Allah.  Ini penting….

Kenapa demikian?   Karena Kesuksesan kita di bulan Ramadhan ini  sangat ditentukan oleh hal ini.    Karena yang membuat kita malas dalam beribadah, cepat lelah menjalankan kan sholat lail atau terawih di bulan Ramadhan ini adalah  beban dosa yang kita pikul ini.

Dosa akan menjauhkan kita dari ibadah, dosa akan meletihkan kita. Satu dosa kita terikat dengan dosa yang lain seperti rantai besi yang terjalin kuat

Dosa akan mengundang dosa lain. Bukan mengundang  ketaatan.

Ibnu Rajab berkata “Ganjaran dari dosa adalah dosa berikutnya.  Dosa mengarahkan kita pada dosa, dosa berikutnya lagi”.

Maka, mari  kita putus  rantai dosa-dosa tersebut dengan banyak beristighfar bertobat meminta  pada Allah SWT.

Istighfar merupakan sebab diampuninya dosa, sebab masuknya surga, tertolaknya musibah serta bertambahnya harta dan anak.

Susungguhnya ala qur’an  menunjukkan penyakit dan obat kalian. Penyakit kalian adalah dosa-dosa, sedangkan obatnya adalah istighfar.

Fiman Allah dalam al Qur’an surat Hud ayat 52: Dan  dia (Nabi Hud berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.

Bersyukurlah kita, karena Alllah masih berkenan menutup aib-aib (dosa) kita.  Sesungguhnya kita masih dihormati dan dihargai orang lain karena Allah masih menutupi aib kita. Andaikan Allah membukakan aib (keburukan kita, sesungguhnya pastilah tidak ada yang bisa menolong kita dari kehinaan.

Andaikan aib (keburukan)itu berbau busuk  laksana seperti bangkai, maka pastilah orang akan menjauhi kita, tidak betah lama2 berada dekat-dekat  dengan kita.

Mari kita optimalkan, sepuluh hari terakhir ini dengan banyak beristighfar memohon ampunan kepada Allah.

Mari kita terus bersibuk diri memperbaiki diri menjadi pribadi muslim yang lebih  baik dan bermanfaat bagi sesama dan sekitar kita.

Semoga Ramadhan ini merupakan ramadhan yang terbaik , diantara ramadhan-ramadhan yang telah lalu  dalam hidup kita.